Masih bisa membaca judul diatas dengan mudah? Maasa sih. Bukankah dulu begitu tjara kita menoelis edjaan seboeah kalimat? Jadul banget ya. Yang jadul itu bukan hanya tjara menoelisnja. Konteksnya pun jadoel joega. Masak sih, gini hari masih ngomongin soal tjap djempol. Sudah diganti dengan tanda tangan kaleee…..
Hey, jangan salah. Waktu Anda menikah, Anda kan sudah bisa membuat tanda tangan. Tapi Anda tetap membubuhkan tjap djempol Anda di akta nikah, iya kan? Coba lihat Surat Izin Mengemudi Anda. Ada tjap djempolnya? KTP elektronik yang katanya paling canggih bin mutakhir itu, justru mewajibkan pemiliknya membubuhkan tjap djempol.
Nah, sekarang Anda kembali paham bahwa gaya djadoel itoe tidak bisa disoebstitoesi sepenoehnja oleh tanda tangan. Pertanyaannya adalah; Ada apa sih dengan tjap djempol kita itu? Jelas sekali, jika didalamnya ada berjuta rahasia. Sudah tahu rahasianya apa?
Sebenarnya jempol itu hanyalah wakil atau utusan dari sebuah komunitas bernama jari jemari untuk menyampaikan sebuah statement atau penyataan dalam bentuk sidik jari. Karena jempol itu dianggap sebagai ‘ibunya para jari’, maka biasanya kalau mau membubuhkan sidik jari, cukup diwakili oleh ‘ibunya’ saja. Namun sang ibu itu, mewakili keseluruhan dari ‘sidik jari’.
Ah, kalau soal itu sih semua orang juga sudah tahu. Tidak ada yang aneh soal itu. Anda benar. Mungkin memang tidak ada yang aneh soal itu. Tapi buat para ‘ulil albaaab, hal itu cukup aneh juga lho. Bukan aneh dalam makna absurd, melainkan aneh dalam pengertian ‘menggelitik’ daya pikir kontemplatifnya. Makanya, mereka merenungkan; What Allah truly wanted to tell us about sidik jari.
Meniru gaya para uli albab itu, saya juga ikutan merenungkan. Walaupun agak lama, mengingat daya pikir dan kapasitas renung yang hanya beberapa giga ini. Belum sampai level terra, sehingga harus pakai prinsip ‘alon-alon asal klakon’. Saya lama merenungkan. Kenapa ya, jari setiap orang berbeda satu sama lain? Tidak ada yang sama? Tidak ada.
Dengan Ayah dan Ibu kita. Bahkan dengan saudara kembar pun. Jari-jemari kita berbeda. Tidak ada yang sama diseluruh muka bumi, baik yang hidup di zaman yang sama, maupun dengan orang-orang yang hidup di abad atau millennium yang berbeda. Jari jemari kita tidak ada yang sama. Apakah Anda tidak menganggap hal ini aneh? Atau…., mungkin yang aneh itu sayanya kali ya. Soal begitu saja dianggap aneh. Iya. Ini mah sayanya aja yang aneh.
Lamaaaa saya merenungkan. Sampai jadwal tadarus saya tiba di ayat ke-4 dalam surah Al-Qiyamah. Disitu jelas sekali jika Allah berfirman seperti ini; ”(Kelak setelah manusia dibangkitkan) Kami mampu menyusun kembali jari jemarinya dengan sempurna……”
Tubuh saya seperti kesetrum listrik ketika membaca ayat itu. Saya sedang memikirkan tentang jari tangan manusia yang unik, tiada duanya. Sehingga identitas seseorang tidak bisa dipalsukan. Banyak misteri kejahatan yang bisa dipecahkan melalui identifikasi sidik jari. Dan banyak jenasah tidak dikenal bisa telusuri jati dirinya melalui pola garis-garis unik dijari jemarinya. Saya sedang memeras daya pikir; kenapa bisa begitu dan tiba-tiba saja rangkaian tadarus saya sampai kepada ayat itu. Oh, apakah gerangan yang Allah inginkan dengan membuat saya membaca ayat itu?
Saya tidak tahu. Yang saya pahami adalah, bahwa diayat berikutnya Allah mengingatkan manusia agar jangan mengira setiap perbuatan buruknya itu tidak akan ketahuan. Jika kita melakukan suatu kemaksiatan. Tingkah yang bejat. Perbuatan jahat. Menggemari kebohongan. Kebiasaan berdusta. Melakukakan tipu muslihat. Atau tindakan melanggar hukum lainnya.
Mungkin memang kita bisa bersembunyi hingga tidak ada seorang pun yang tahu. Sampai meninggal pun semua itu tetap menjadi rahasia kita sendiri. Kalau pun ada orang lain yang tahu, mereka adalah komplotan kita yang sudah bersumpah untuk tutup mulut hingga akhir hayat. Kan sekarang sedang banyak tuch, kebohongan dan dusta yang direkayasa secara rame-rame tanpa tahu malu lagi. Yang berani buka mulut, bakal dibongkar dosa-dosa masa lalunya satu demi satu.
Allah mengingatkan. Wahai hambaku, ingatlah. Bahwa kelak ketika jasadmu telah hancur menjadi tanah. Tak tersisa lagi hingga sedikit pun engkau tidak bisa dikenali. Tapi. Ketahuilah. Bahwa jari jemari tanganmu itu akan dikumpulkan kembali hingga utuh seperti sedia kala. Dan sidik jarimu, akan menjadi penanda jejak-jeka perbuatanmu pada setiap kejadian yang engkau terlibat didalamnya. Maka apakah kamu mengira semua perbuatanmu di dunia dahulu akan terlupakan begitu saja?
Oh, tidak. Semua perbuatan kita. Yang baik. Dan yang buruk. Tercatat dengan lengkap. Disimpan dalam perpustakaan pribadi yang bernama; sidik jari. Ketika kita meninggal. Maka jemari tangan kita akan ikut hancur menjadi tanah. Tidak ada lagi yang tersisa. Padahal jemari tangan itu merupakan sebuah naskah. Yang mencatatkan semua amal perbuatan kita. Namun, seperti janji Allah. Sungguh, jari jemari mu itu akan dikumpulkan kembali dengan sempurna.
Firman Allah ini disampaikan kepada seorang Nabi yang ummi. Tidak bisa baca tulis. Jadi Sang Nabi suci tidak mengutip dari literatur manapun. Buku. Catatan di batu. Apalagi internet. Lagi pula, dizaman ketika beliau diutus; manusia belum menemukan pemahaman terhadap fungsi sidik jari. Maka ketika pada akhirnya manusia memahami bahwa sidik jari setiap pribadi itu berbeda dan unik, kita pun menjadikannya sebagai sarana untuk melakukan identifikasi.
Seorang penjahat. Bisa membantah ketika diruang sidang ditanya hakim. Ada alibi kuat. Ditambah lagi dengan dukungan para pengacara yang selain hebat. Khususnya dalam soal debat. Juga jago ngotot. Serta piawai dalam memutarbalikkan fakta. Tapi jika didalam sidang itu sang jaksa bisa menunjukkan bukti sidik jari tersangka di TKP, maka semahal apapun bayaran pengacaranya; mereka, tidak lagi bisa membela diri.
Di akhirat. Bukankah Allah sudah menjamin bahwa setiap orang akan disidang dengan jari jemari tangannya yang sudah kembali lengkap? Itu artinya, kita; tidak bisa menyangkal apapun yang sudah kita lakukan semasa hidup. Semuanya terbuka. Gamblang. Dan terang benderang. Karena sidik jari kita, ada disetiap perbuatan yang kita lakukan.
Di ruang sidang pengadilan dunia. Amar putusan bisa ditukar dengan sejumlah uang. Sudah jamak terjadi dizaman ini. Di negeri ini. Dan di dalam kenyataan hidup ini. Mau bagaimana lagi? Hakim dan jaksa juga manusia. Mereka membutuhkan uang. Tidak sedikit yang mata hatinya menjadi buta karena uang. Maka tidak mengherankan jika kemudian silau, kalau melihat uang dalam jumlah yang tak terbayangkan bagaimana cara mendapatkannya dengan jalan normal. Di dunia mah bisa.
Tetapi, bukankah para malaikat Allah tidak membutuhkan uang seperti kita? Mau menyogok dan menyuap pakai cara apa? Karena cara yang biasa dilakukan manusia ketika berperkara di dunia, tidak akan berhasil lagi di akhirat nanti.
Saudaraku. Mungkin Anda dan saya memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Namun kita, sama-sama mempunyai jari jemari tangan yang unik. Kita sama-sama akan mati. Kita akan sama-sama musnah menjadi tanah. Lalu, kita pun akan sama-sama menemui hari dimana Allah mengumpulkan kembali jari jemari tangan kita hingga sempurna. Dan kita, akan sama-sama dihadapkan pada sebuah persidangan. Untuk mempertanggungjawabkan, bekas-bekas sidik jari tangan yang kita tinggalkan pada setiap perbuatan kita.
Bergetar hati ini membaca ayat itu. Jika Anda membacanya juga, mungkin Anda pun merasakan getarannya juga. Dan Anda pun akan ikut bersama saya, untuk sama-sama belajar meninggalkan hal-hal buruk yang selama ini kita lakukan. Lalu sama-sama belajar untuk lebih banyak meninggalkan sidik jari pada kebaikan-kebaikan.
Agar kelak, ketika jemari tangan kita kembali dikumpulkan hingga sempurna. Kita boleh memasang wajah cerah, sambil mengatakan; ”Benar kan ya Allah. Sidik jari saya lebih banyak ditemukan dalam kebaikan dari pada keburukan?”
Walaupun tidak sempurna hidup kita, namun semoga diakhir masa persidangan diakhirat itu; Allah berkenan memberikan tjap djempolnya buat kita. Pertanda bahwa Dia, senang atas perbuatan kita selama di dunia. Lalu… “Two thumbs up, hambaku!” kalimat pujian seperti itulah yang kelak kita dapatkan. Aamiin.
Selamat hari Jum’at Sahabat.
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Change Matter Learning Partner
Catatan kaki:
Kebanyakan klien pelatihan saya adalah pelanggan lama yang sebelumnya pernah mengundang saya. Atau pelanggan baru yang mendapatkan rekomendasi dari klien lainnya. Ada juga yang PIC-nya pindah ke perusahaan lain, lalu mereka ‘membawa’ saya ke kantor barunya…. Thank you all!
Jika Anda ingin mendapatkan update article saya via WA silakan bergabung dengan Group WA “Dekadarus And Friends” di nomor : 0812-19899-737. Sebutkan (1) Nama dan tulis (2) “Dekadarus And Friends Group”. Jumlah member terbatas.
Kesibukan sering tidak memungkinkan saya untuk posting artikel di berbagai milist. Jadi saya prioritaskan di milist pribadi yang bisa diupdate melalui gadget. Jika Anda ingin mendapatkan kiriman artikel “CEO (=CEO Talk)” secara rutin sebaiknya bergabung disini: http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).
Disclaimer:
Saya tidak selalu mampu merespon balik komentar atau sanggahan atas tulisan ini. Karena berbagai keterbatasan yang ada pada saya. Terimakasih atas pengertiannya.
Training: “Business Sustainability And Disruptive Innovation”
Gambar:toonpool