Ada berapa banyak karyawan di kantor Anda? Mungkin beberapa puluh orang saja ya. Mungkin juga ada beberapa ratus orang. Dan jika Anda bekerja di perusahaan besar, bisa jadi karyawan disana berjumlah ribuan. Bahkan kalau Anda bekerja di sebuah holding company, bisa belasan atau puluhan ribu orang. Jika kita menghitung seluruhnya di Indonesia, kira-kira total karyawannya berapa juta?
Lantas, berapa orang dari jutaan karyawan itu yang karirnya benar-benar bagus. Artinya, yang bekerja bukan hanya sekedar untuk memenuhi tuntutan perut. Ini bukan sekedar soal statistik. Karena pertanyaan berikutnya berbunyi begini: apakah Anda sudah termasuk kedalam kelompok orang yang jumlahnya hanya sedikit itu, ataukah masih dalam sekelompok terbesar kaum professional yang karirnya baru sebatas memenuhi kebutuhan dasar saja?
Setiap kali berhadapan dengan para professional. Apakah di ruang training. Atau di tempat lain. Saya selalu percaya bahwa mereka adalah orang-orang pilihan. Yang terbaik di kelasnya. Minimal, mereka adalah orang-orang terbaik diantara puluhan, ratusan atau mungkin ribuan orang yang melamar pekerjaan itu kan?
Tapi kenapa ya, orang-orang yang terbaik itu kebanyakan tidak berhasil membangun karir yang baik? Saya terus mencari tahu jawabannya. Tentu, bukan dengan bertanya langsung kepada mereka. Melainkan melalui pengamatan baik secara langsung, maupun tidak langsung.
Dari hasil pengamatan itu, saya menemukan bahwa hal terbesar yang menyebabkan orang-orang terbaik itu tidak berhasil membangun karir yang baik adalah karena; potensi diri mereka tidak terberdayakan secara optimal. Adai saja potensi diri yang tinggi itu terberdayakan; tentu karir mereka jauuuuu…..h lebih baik dari yang sekarang.
“Memberdayakan karyawan itu kan tanggungjawab perusahaan Kang Dadang….” Begitulah kira-kira respon orang-orang. Tentu yang dimaksudnya adalah HRD dan atau atasannya. Maka ‘nggak pernah ditraining’, ‘hanya ditanya sales doang’, dan ‘bisanya cuma marah-marah melulu’, atau ‘kita mah nggak dianggap penting….’ Menjadi lontaran berikutnya dari kebanyakan orang.
Lalu menurut pendapat Anda; “Memangnya siapa yang paling berkepentingan dengan pemberdayaan diri Anda?” Ya perusahaan dong ya. Kalau kitanya kompeten kan yang untung ya perusahaan juga, betul begitu? Tapi. Mari mencoba merenungkannya kembali. Benarkah perusahaan yang paling untung jika diri Anda terberdayakan? Renungkan barang beberapa saat.
Kalau sudah selesai merenungkannya. Coba lanjutkan dengan pertanyaan ini; siapakah yang paling rugi jika diri Anda tidak diberdayakan? Jangan dijawab dengan lisan Anda. Cukup di renungkan saja beberapa saat.
Jika sudah selesai, mari kita lihat kembali beberapa fakta berikut ini. Jika diri Anda berhasil diberdayakan. Maka perusahaan tempat Anda bekerja akan beruntung sekali. Jelas itu. Karena semakin terberdayakan karyawan, semakin besar kontribusi yang bisa diberikannya kepada perusahaan. Maka perusahaan yang akan untung.
Lantas, bagaimana dengan diri Anda? Jika berhasil memberi kontribusi yang lebih besar, biasanya Anda dinilai sebagai asset berharga bagi perusahaan kan? Sejauh yang saya ketahui, dibanyak perusahaan; orang-orang yang berkontribusi tinggi dihargai tinggi. Dan dikasih bonus serta fasilitas yang lebih baik daripada karyawan lainnya di perusahaan itu. Betul ya?
Dan jika perusahaan hendak memberikan kepercayaan, tugas dan tanggungjawab yang lebih besar, maka pilihannya jatuh kepada orang-orang yang sudah terbukti bisa berkontribusi besar. Begitu bukan? Dan jika Andalah sang kontributor kunci itu, maka tidak aneh jika kepercayaan, tugas dan tanggungjawab yang lebih besar itu diamanahkan kepada Anda. Siapakah yang lebih beruntung sekarang?
Sebaliknya. Jika diri Anda itu tidak diberdayakan. Padahal Anda adalah orang pilihan diantara sekian banyak pelamar lainnya. Maka perusahaan rugi. Karena talenta yang sudah di rekrutnya dengan susah payah itu tidak bisa memberikan manfaat yang optimal bagi perusahaan. Kalah jauh dibandingkan dengan orang lain. Sehingga perhatian. Penghargaan. Dan kepercayaan yang lebih besar tidak mungkin diberikan oleh perusahaan kepada Anda. Begitu bukan?
Tentunya perusahaan akan lebih suka memberikan semua prestise itu kepada orang lain yang lebih terberdayakan dibandingkan diri Anda. Meskipun. Boleh jadi. Potensi diri Anda sebenarnya jauh lebih baik daripada orang itu. Namun karena orang itu lebih terberdayakan, maka dia bisa lebih banyak mendayagunakan potensi dirinya sendiri untuk dikonversi menjadi kinerja yang mengagumkan. Siapakah yang lebih rugi kalau begitu? Perusahaan lebih rugi, jika diri Anda tidak diberdayakan? Atau justru Anda sendiri yang paling rugi?
Saya memiliki keyakinan. Dengan menggunakan akal sehat dan hati nurani yang bersih, kita akan bisa sependapat bahwa; kita sendirilah yang paling diuntungkan jika diri kita diberdayakan. Dan kita sendirilah yang paling rugi, jika potensi diri yang kita miliki ini diabaikan. Sehingga, kita sendirilah yang paling berkepentingan dengan pemberdayaan diri itu. Bukan pihak lain. Oleh karenanya, kita sendiri jugalah yang paling bertanggungjawab atas proses pemberdayaan diri itu. Bukan perusahaan kita. Bukan pula atasan kita.
Sahabatku. Saya percaya bahwa Anda mempunyai segala modal dasar yang diperlukan untuk menjadi professional yang sukses dalam membangun karirnya. Apakah Anda mempunyai kepercayaan yang sama soal itu? Saya turut senang jika Anda sudah berhasil memberdayakan diri melalui optimalisasi modal dasar itu. Tapi jika belum, bagaimana kalau kita mulai dari sekarang saja? Bukan untuk saya. Bukan untuk atasan Anda. Bukan pula untuk perusahaan tempat Anda bekerja. Melainkan untuk diri Anda sendiri.
Caranya bagaimana?
Supaya tidak jadi menggurui Anda, izinkan saya untuk tidak menjelaskan caranya. Saya hanya akan menyampaikan sebuah kisah kecil saja ya. Suatu ketika, saya mendapatkan kepercayaan untuk memfasilitasi program pelatihan bagi karyawan salah satu klien saya. Disaat istirahat, salah seorang peserta mendatangi saya. “Boleh minta waktu untuk sharing Pak?” Katanya. Tentu. Saya menyambutnya dengan senang hati.
“Saya pertama bekerja disini sebagai office boy Pak….” Beliau pun memulai. Saya senang sekali mendengarnya. Jadi teringat kepada Natin, sahabat saya yang office boy itu.
“Dan posisi Anda sekarang…..” saya menyambutnya.
“Saya bertanggungjawab untuk semua barang yang ada di gudang Pak…” jawabnya dengan mantap.
Ohohoho…. Bukan tanggungjawab yang sembarangan…. Demikian saya berbisik dalam hati. “Lalu, apa yang Anda lakukan hingga mencapai posisi setinggi itu?” saya penasaran. Karena saya yakin. Inilah kuci dari keberhasilan beliau.
Lalu beliau menceritakan. Ketika bekerja sebagai office boy, beliau sering pulang hingga larut malam. Ngapain? Beliau membaca buku-buku dan referensi yang ada di perpustakaan perusahaan. Ini perusahaan otomotif. Sehingga buku dan refensi ilmiah terkait teknik mesin banyak disediakan disana.
Jika malam hari beliau membaca buku. Maka siang hari disela-sela pekerjaannya mengepel lantai, beliau memperhatikan instruktur sedang melatih mekanik-mekanik baru. Dan ketika mekanik-mekanik itu sedang praktek, beliau membantu membawakan perlengkapan kerja. Meletakkan mur dan baut serta blok-blok mesin setelah dibongkar oleh mekanik itu. Sembari menyaksikan bagaimana sang mekanik kembali memasangkannya di posisi semula.
Saya tidak akan menceritakan detailnya kepada Anda. Karena tujuan saya bukan untuk mendongeng. Cukuplah jika Anda sudah menemukan pesan pentingnya. Bahwa orang-orang yang bersedia untuk memahami apa sih sebenarnya bisnis di perusahaan ini. Lalu mau membantu orang lain menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Adalah orang-orang yang akan bisa memberdayakan dirinya sendiri. Seperti sahabat saya yang kini menjadi penentu keluar atau masuknya barang-barang berharga dari gudang itu.
Ah, itu kan hanya kasuistik aja Dang!
Mungkin Anda benar. Tapi, bagaimana seandainya saya ceritakan kepada Anda bahwa kira-kira 24 jam sebelum saya menulis artikel ini saya ditemui oleh peserta training di kelas saya di perusahaan lainnya? Sebuah perusahaan dari group yang sangat bergengsi. Beliau belum lama bekerja disana. Sekitar setahun saja. Biasa dong, kalau saya bertanya; sebelumnya Anda bekerja dimana?
Ajaib sekali lho. Pertanyaan itu menghasilkan jawaban yang sangat mengagumkan. Bukan soal perusahaan tempat sebelumnya beliau bekerja. Melainkan tentang ‘orang yang menggantikan dirinya’ dikantor lama.
“Sejak saya tinggalkan, perusahaan tidak juga mencari pengganti saya Pak,” katanya. “Posisi itu dibiarkan kosong untuk beberapa saat.”
“Lalu?” saya semakin penasaran.
“Dua bulan setelah posisi itu ada yang ngisi lagi, saya dapat kabar dari teman.” Jawab beliau. “Ternyata orang yang menggantikan saya adalah office boy….”
Hlo?! Pekerjaannya di bidang IT lho? Bagaimana bisa digantikan oleh seorang office boy? Mungkin office boy itu nyamar kali. Seperti Natin yang teman saya itu.
“Nggak Pak,” sanggah beliau. “Office boy itu emang beda Pak.” Lanjutnya. “Saya sering bekerja sampai tidak tahu waktu di ruangan saya,” katanya. “Office boy itu suka minta izin masuk ke ruangan saya. Terus minta diajari soal IT. Kalau ada yang tidak dimengerti dia tanya lagi saya. Kalau saya sedang mengerjakan yang baru, dia minta diajari lagi.”
Sampai disini, saya yakin Anda sudah bisa menebak cerita selanjutnya. Satu hal saja yang ingin saya tekankan disini bahwa; saya yakin jika jabatan atau posisi Anda saat ini lebih tinggi daripada office boy. Kecuali jika Anda mendapatkan artikel ini dari atasan atau teman Anda. Atau artikel ini tidak sengaja nyasar ke tempat Anda. Saya yakin benar, jika Anda punya potensi diri yang jauuuuu….h lebih tinggi dari sekedar orang-orang biasa.
Pertanyaannya adalah; apakah Anda sudah berupaya untuk memberdayakan diri Anda sendiri? Ataukah Anda masih mengharapkan perusahaan dan para atasan yang melakukannya untuk Anda?
Saya tidak akan mempermasalahkan apapun jawaban Anda. Itu adalah hak pribadi Anda. Dan tak seorang pun boleh mengusiknya. Namun, izinkan saya menyampaikan firman Allah dalam surah At-Tiiin ayat 4: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk….”
Oh, tidak masalah apa suku bangsa kita. Status social kita. Ternyata. Kita ini merupakan sebaik-baik mahluk yang Allah ciptakan. Pantaslah jika kita sering melihat orang-orang yang memulai karirnya dari tempat yang tidak terlalu keren. Namun bisa mengakhiri perjalanan karirnya itu, di posisi yang sangat tinggi. Dengan imbalan dan hasil yang sangat memuaskan.
Ternyata, siapa saja yang bisa memberdayakan diri; akan menemukan jejak-jejak penciptaan terbaik yang ada didalam dirinya sendiri. Karena itu, memberdayakan diri; merupakan kunci menuju kesuksesan karir kita.
NB: Corporate Alignment merupakan salah satu tantangan terbesar bagi semua perusahaan. Walaupun punya SDM yang bagus, tapi jika tidak “Align” satu sama lain; maka kinerja perusahaan tidak akan optimal. Sebagai jawabannya, kami merancang “S-TED Training: Strengthening Corporate & Organizational Alignment”. Durasi 1 hari. Jumlah peserta 25-40 orang per batch. Hubungi 0812-1989-9737 atau dkadarusman@yahoo.com
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman.
Change Matter Learning Partner.
Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).
Catatan kaki:
Kebanyakan klien pelatihan saya adalah pelanggan lama yang sebelumnya pernah mengundang saya. Atau pelanggan baru yang mendapatkan rekomendasi dari klien lainnya. Ada juga yang PIC-nya pindah ke perusahaan lain, lalu mereka ‘membawa’ saya ke kantor barunya…. Thank you all!
Jika Anda ingin mendapatkan update article saya via WA silakan bergabung dengan Group WA “Dekadarus And Friends” di nomor : 0812-19899-737. Sebutkan Nama dan tulis “Dekadarus And Friends Group”. Jumlah member terbatas.
Kesibukan sering tidak memungkinkan saya untuk posting artikel di berbagai milist. Jadi saya prioritaskan di milist pribadi yang bisa diupdate melalui gadget. Jika Anda ingin mendapatkan kiriman artikel “P (=Personalism)” secara rutin sebaiknya bergabung disini: http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
Disclaimer:
Saya tidak selalu mampu merespon balik komentar atau sanggahan atas tulisan ini. Karena berbagai keterbatasan yang ada pada saya. Terimakasih atas pengertiannya.
Gambar:Fast company