Dialog ini mungkin relevan dengan pola pikir di kantor Anda. Dalam sebuah Business Review Meeting, manager operational mengusulkan agar perusahaan melakukan serangkaian program pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas para karyawan. Beliau percaya bahwa hal itu bisa membantu perusahaan meningkatkan produktivitas organsiasi.
Usulan itu ditanggapi oleh atasannya dengan mengatakan; “Pelatihan karyawan itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit mas. Setelah mengeluarkan biaya itu, memang karyawan bisa menjadi lebih baik. Tapi, mereka jadi lebih mudah untuk keluar dari perusahaan ini. Apa yang kita dapat?”
Sang manager tidak bicara lagi. Karena, sebagaimana biasanya; apa kata boss, selalu benar. Itu rule pertama. Kalau boss salah, ya kembali ke rule pertama itu.
Manager itu melanjutkan presentasinya hingga selesai. Sebelum salam penutup, beliau bertutur begini;”Ijinkan saya menyampaikan permohonan,” katanya. “Mohon bapak dan ibu renungkan, mana yang lebih baik untuk perusahaan. Apakah karyawan yang dididik hingga pintar namun mungkin saja suatu saat mereka akan keluar. Atau karyawan yang loyal, tapi tidak memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan…. Terimakasih.”
Dialog itu tidak terjadi di perusahaan Anda. Tapi pola pikirnya, begitu nggak?. Lalu bagaimana solusinya? Perusahaan yang sudah punya budaya belajar dalam organisasi nggak perlu solusi. Kan, disana tidak menjadi persoalan. Tinggal linkage pelatihan dengan business needsnya saja.
Kalo di perusahaan yang pola pikirnya masih seperti dialog diatas? Idealnya, memang gagasan pengembangan SDM mesti datang dari management. Tapi ketika menejemen justru menjadi batu sandungan, maka critical pointnya ada pada atasan langsung.
Memang, bakal ada kendala. Soal budget, misalnya. Perlu kita pahami bahwa proses pengembangan SDM tidak selalu harus pake budget. Bahkan kita bisa zero budget kok. Yah, paling keluar modal buat beli cemilanlah biar nggak ‘garing-garing’ amat. Dengan dua lembar 50 rebu pun dapat setumpuk singkong goreng atau pisang rebus. Caranya? Gunakan internal resources, untuk menjalankannya. Bisa kok. Dan itu, bagian dari aplikasi Knowledge Management. Dicoba ya.
NB: ”PROMO IN-HOUSE TRAINING RAMADHAN” Dibulan Ramadhan 1441H Kami memberikan SPECIAL RATE untuk In-house Training di JABOTABEK + BANDUNG. Hubungi kami.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Change Matter Learning Partner
http://www.dadangkadarusman.com/
Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).
Catatan kaki:
Kebanyakan klien pelatihan saya adalah pelanggan lama yang sebelumnya pernah mengundang saya. Atau pelanggan baru yang mendapatkan rekomendasi dari klien lainnya. Ada juga yang PIC-nya pindah ke perusahaan lain, lalu mereka ‘membawa’ saya ke kantor barunya…. ? Thank you all!
Jika Anda ingin mendapatkan update article saya via WA silakan bergabung dengan Group WA “Dekadarus And Friends” di nomor WA: 0812-1989- 9737. Sebutkan (1) Nama dan tulis (2) “Dekadarus And Friends Group”. Jumlah member terbatas.
Kesibukan sering tidak memungkinkan saya untuk posting artikel di berbagai milist. Jadi saya prioritaskan di milist pribadi yang bisa diupdate melalui gadget. Jika Anda ingin mendapatkan kiriman artikel “L (=Leadership)” secara rutin sebaiknya bergabung disini: http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
Disclaimer:
Saya tidak selalu mampu merespon balik komentar atau sanggahan atas tulisan ini. Karena berbagai keterbatasan yang ada pada saya. Terimakasih atas pengertiannya.
Gambar dari:https://medium.com/@qooper/8-good-practices-for-both-mentors-and-mentees-in-an-ideal-mentoring-relationship-12b37b7dba5a