Salah satu dampak yang paling ditakutkan dari Revolusi Industri 4.0 adalah diterapkannya sistem otomasi dalam segala sektor. Tentu hal itu akan memberi banyak kemudahan, efisiensi, dan kecepatan yang luar biasa. Tapi. Juga menimbulkan banyaknya fungsi-fungsi penting yang selama ini dilakukan oleh manusia diambil alih oleh mesin.
Loh, bukankah itu bagus? Iya. Jika kita berada di posisi sebagai end-user atau orang yang memanfaatkan otomasi itu. Tapi jika kita berada dalam posisi pekerja? Kita akan kehilangan pekerjaan itu. Dan seperti kebanyakan pekerja lainnya, mungkin hanya itu pekerjaan yang bisa kita lakukan. Devastating banget kan?
Hal itu memang tidak bisa dihindari. Hanya tinggal menunggu waktu saja. Dan pandemi ini bisa menjadi pendorong percepatan untuk mewujudkannya. Lah. Terus kita bagaimana?
Tidak perlu panik dulu. Kita pahami saja apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh mesin dan besi cerdas itu. Yang bisa dilakukannya adalah; melampaui kemampuan fisik manusia. Jadi, kita jelas kalah kalau main fisik sama mereka yang tak butuh makan dan istirahat itu. Maka kekuatan fisik, hendaknya tidak lagi menjadi faktor keunggulan kita dalam menjalankan pekerjaan.
Yang tidak bisa dilakukan oleh mesin pintar itu pada umumnya adalah; sentuhan kemanusiaan. Nah, ini sulit diadopsi oleh robot. Kesempurnaan penciptaan Allah atas mahluk bernama ‘manusia’ ini tidak tertandingi. Maka, disitulah peluang kita untuk menang.
Jadi siapapun yang bisa menggali dan mengembangkan sisi-sisi kemanusiaan didalam dirinya pasti akan bisa menjadi mahluk yang unggul ditengah terpaan revolusi industri 4.0 ini. Dan, merekalah yang bakal menikmati dampak positifnya.
Secara konkrit, apa sih contoh sisi kemanusiaan itu? Kepedulian, misalnya. Kita ini mahluk yang Allah ciptakan untuk peduli. Mesin, tidak begitu. Rumus mesin hanya 1 dan 0. Hitam-Putih. Nenar-Salah. Begitu saja. Kita? Berapa milyar rasa dalam diri kita ada? Dan itu bakal jadi modal utama bagi sifat kepedulian.
Dari kepedulian itu ada banyak konsekuensi. Misalnya, kepedulian kepada pekerjaan tempat kita menjemput nafkah. Atau, mungkin juga bisnis baru. Ingat, bisnis yang prospektif sering lahir dari kepedulian penggagasnya terhadap suatu situasi atau sekelompok orang dalam kondisi tertentu. Kepedulian juga menumbuhkan rasa sayang. Perhatikan bagaimana orang yang sayang mau menolong atau memberi sesuatu. Bagi orang yang peduli, bakal selalu dibukakan pintu-pintu kesempatan. Berbagai macam peluang. Dan ya, mereka akan tetap eksis, bagaimana pun juga keadaan lingkungannya kan.
So. Mari pupuk kembali optimisme didalam diri kita. Walaupun semakin hari, kita semakin terdesak oleh kemajuan teknologi. Jika kita terus tanpa henti mengeksplorasi nilai-nilai kemanusiaan kita, maka kita bakal menjadi penikmat perkembangan zaman ini. Kita bukan menjadi lawan bagi teknologi, melainkan jadi temannya. Dan sesama teman, pasti saling memudahkan dan menyenangkan iya kan? Dengan demikian, maka visi hidup kita yang tersimpan dalam lafadz aatinaa fiddunya hasanah, wafil aakhiroti hasanah ini akan berhasil diwujudkan. Insya Allah.
NB: Jika Kantor Anda Membutuhkan ONLINE TRAINING Hubungi Kami.
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman.
Change Matter Learning Partner
Artikel sebelumnya:
Untuk bergabung dengan WAG Inspirasi kami, silakan ketik: Nama Lengkap # Dekadarus&Friends. Kirim ke 0812-1989-9737
Catatan kaki:
Kebanyakan klien pelatihan saya adalah pelanggan lama yang sebelumnya pernah mengundang saya. Atau pelanggan baru yang mendapatkan rekomendasi dari klien lainnya. Ada juga yang PIC-nya pindah ke perusahaan lain, lalu mereka ‘membawa’ saya ke kantor barunya…. ? Thank you all!
Kesibukan sering tidak memungkinkan saya untuk posting artikel di berbagai milist. Jadi saya prioritaskan di milist pribadi yang bisa diupdate melalui gadget. Jika Anda ingin mendapatkan kiriman artikel “P (=Personalism)” secara rutin sebaiknya bergabung disini: http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).
Disclaimer:
Saya tidak selalu mampu merespon balik komentar atau sanggahan atas tulisan ini. Karena berbagai keterbatasan yang ada pada saya. Terimakasih atas pengertiannya.
Gambar dari:medium