“Yang penting, kerjaan selesai…..” Anda pernah mendengar kalimat seperti itu? Kalau saya cukup sering. Setidaknya itu ‘terdengar’ melalui perilaku kerja kita. Saya sempat mencermati. Ternyata, banyak sekali karyawan yang mempunyai pola pikir seperti itu. Hlo, bukankah bagus jika kita sanggup menyelesaikan pekerjaan? Oh, tentu bagus. Namun kita, sering tidak menyadari jika cara berpikir seperti itu juga bisa menjadi jebakan yang sangat membahayakan. Tidak usah terlalu banyak berteorilah. Kita tengok saja orang-orang yang berprinsip ‘yang penting kerjaan selesai’. Perhatikan. Pada umumnya – jika tidak bisa disebut semuanya – mereka datang dan pergi ke kantor sesukanya saja. Mengisi waktu kerja dengan kegiatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Mengabaikan aturan perusahaan. Apa saja. Dan jika mendapatkan teguran, mereka berkilah “Yang penting, kerjaan selesai…..” So what?!
Ketika masih bekerja dulu, saya paling suka mengamati perilaku orang. Khususnya perilaku kerja dua ekstrem. Pertama adalah perilaku kerja mereka yang pencapaian karirnya biasa-biasa aja. Dan kedua, perilaku kerja mereka yang karirnya cemerlang. Ternyata memang ada perbedaan mencolok. Setelah berganti profesi menjadi trainer dalam bidang kepemimpinan dan pengembangan SDM, saya meneruskan pengamatan itu. Ternyata, faktor pembeda utamanya memang terkonfirmasi, yaitu; perilaku kerja mereka. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan potensi diri mereka lho. Tahu kenapa? Karena boleh dibilang, semua karyawan yang lulus seleksi dan diterima bekerja di perusahaan-perusahaan bonafid adalah orang-orang yang memiliki potensi tinggi. Tapi mengapa hanya sedikit dari orang-orang berpotensi tinggi itu yang karirnya bagus? Kebanyakan hanya menjadi karyawan biasa-biasa saja.
Bagaimana dengan Anda? Apakah karir Anda sudah bagus? Ataukah Anda masih kalah jauh dari orang lain? Tentu, Anda punya argument tersendiri untuk menjelaskannya. Tidak usah Anda jelaskan lagi karena saya tahu Anda selalu mempunyai penjelasan yang sempurna. Bisa atasan yang pilih kasih. Bisa system di perusahaan yang amburadul. Bisa ada penjilat kelas kakap. Bisa lain-lain alasan lagi. Saya bisa memahami jika Anda mempunyai alasan itu. Dan saya mengatakan jika apapun alasan yang Anda kemukakan itu adalah benar adanya. Kenapa saya berani mengatakan Anda benar? Karena, saya menyaksikan sendiri bahwa semua alasan itu ada dan nyata di dunia kerja kita.
Satu hal yang patut kita pahami dengan baik dalam menyikapinya adalah; kenyataannya bukan hanya Anda yang menghadapi jutaan kendala seperti itu. Orang lain juga banyak yang mengalami hal yang sama. Tapi, kenapa mereka masih bisa sukses sekalipun berada dalam lingkungan dan situasi yang sama menyebalkannya dengan keadaan yang Anda rasakan ya? Aha…. Sekarang kita tahu. Bahwa bukan keadaan yang membuat kita begini. Melainkan bagaimana kita menyikapinya.
Orang yang berprinsip ‘yang penting pekerjaan selesai’, pada umumnya adalah orang-orang yang menyikapi situasi buruk dengan cara yang buruk. Sedangan orang yang menyikapinya secara positif, tidak pernah mau menggunakan prinsip ‘yang penting pekerjaan selesai’. Sebab bagi mereka, bekerja itu bukanlah semata-mata untuk menyelesaikan pekerjaan. Jika pekerjaan sudah selesai, apa gunanya elo buat perusahaan? Jika pekerjaan sudah selesai, kenapa elo masih bercokol disitu?
My friend, satu-satunya alasan mengapa kita masih dipekerjakan di perusahaan ini adalah karena pekerjaan kita belum selesai. Masih banyak hal yang belum kita selesaikan. Masih banyak tugas yang mesti kita tuntaskan. Masih banyak aspek dalam pekerjaan yang masih butuh untuk terus kita tangani. Berat? Tidak. Justru itulah yang menyebabkan besok kita masih bisa kembali ke kantor ini. Bulan depan kita masih bisa mengharapkan gaji. Tahun depan status pekerjaan kita masih diperpanjang lagi. Jadi, benarkah pekerjaan Anda sudah selesai? Benar. Khusus pekerjaan kecil itu. Tapi belum, dalam hakekat keberadaan Anda untuk posisi yang Anda pegang itu.
“Wah, gaji cuman segini kok dituntut kerja habis-habisan gitu lho…..” mungkin ada yang berkilah begitu. Banyak malah yang berpikiran seperti itu.
Again, we are not talking merely about the salary. Indeed we are talking about tanggungjawab kita kepada masa depan karir kita sendiri. Aneh banget lho kita ini. Menuntut perusahaan untuk memberi lebih banyak lagi. Mempercayakan amanah yang lebih besar lagi. Tapi untuk pekerjaan kecil saja, kita masih melakukannya sebatas takaran gaji yang kita dapatkan. Sahabatku, jika kita bekerja di perusahaan milik sendiri; tidak butuh pembuktian dulu untuk menduduki posisi tertentu. Tapi, karena kita bekerja di perusahaan milik orang lain; maka kita perlu terlebih dahulu menunjukkan kepada mereka bahwa kita layak mendapatkan amanah yang lebih besar. Caranya? Membuktikan bahwa setiap amanah yang kita emban saat ini diselesaikan dengan baik plus-plus. Kenapa ada plus-plus? Karena orang lain pun mungkin saja sudah mengerjakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Sehingga tanpa plus-plus itu, daya saing kita menjadi rendah.
Bagaimana cara kita membuat yang plus-plusnya itu? Mudah saja. Cobalah jujur kepada diri Anda sendiri. Bahwa Anda mempunyai begitu banyak waktu luang di kantor. Saya tahu Anda sibuk sekali. Tapi, coba sekali lagi Anda evaluasi. Masih banyak waktu yang tersia-siakan. Atau Anda gunakan untuk hal-hal yang tidak memberi nilai apa-apa. So, meskipun pekerjaan Anda sudah selesai; jangan lagi pernah berprinsip ‘yang penting kerjaan selesai….” Karena misi hidup kita, bukan sekedar untuk mengelesaikan pekerjaan. Kita, butuh membangun keunggulan pribadi. Agar layak untuk mendapatkan amanah. Dan kepercayaan yang lebih tinggi.
Ada contoh aktualnya?
Ada. Tidak usah membicarakan tentang diri saya lagi ya. Nanti malah dikira menyombongkan diri. Atau egosentris. Saya ceritakan saja tentang anak buah saya. Dulu. Ada beberapa anak buah yang punya kebiasaan mengetuk pintu ruang kerja saya. Lalu mengatakan;”Pak Dadang, pekerjaan saya sudah selesai. Apakah ada hal lain yang bisa saya kerjakan?”
Ini bukan dongeng lho. Beneran terjadi.
Jika Anda yang menjadi atasannya, bagaimana Anda memandang anak buah yang seperti ini? Sekarang, bisa Anda bayangkan; seandainya Anda membiasakan diri untuk bersikap seperti itu kepada atasan Anda. Coba saja. Anda akan menemukan jawabannya sendiri. Oh ya. Para anak buah saya yang saya ceritakan tadi, sekarang sudah pada punya posisi yang menyenangkan bagi diri mereka sendiri, dan keluarga mereka yang menanti di rumahnya masing-masing lho. Jika anak-anak mereka ditanya tentang pekerjaan ayah atau ibunya, pasti mereka akan bangga menceritakannya. Bisakah kita mengikuti jejak mereka? Bisa. Jika kita bersedia membuang jauh-jauh prinsip ‘yang penting kerjaan selesai…’ itu. Lalu menjadi pribadi yang sejalan dengan firman Tuhan dalam surah 94 (Al-Insyirah) ayat ke-7 ini;”Maka jika engkau telah menyelesaikan suatu pekerjaan, lanjutkanlah dengan pekerjaan yang lainnya…..” Dengan tuntunan ini, kesuksesan Anda, akan menjadi sebuah keniscayaan. Insya Allah.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 13 Desember 2012
Leadership and Personnel Development Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
Catatan Kaki:
Tidak ada pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan. Yang ada adalah penggalan pekerjaan yang menjadi mata rantai pekerjaan besar lainnya.
Ingin mendapatkan kiriman artikel “P (=Personalism)” secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman? Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Pesan sponsor: Berikan training leadership kepada para leader di perusahaan Anda. Jika Anda temukan training provider yang bagus, silakan panggil yang Anda kenal. Tapi, kenapa cari yang lain lagi? Kan ada saya. Call me at 0812 198 99 737 or Ms. Vivi 0812 1040 3327. Saya punya banyak topik Leadership yang bisa di tailor-made. Kualitas? Dibandingkan dengan trainer luar negeri juga berani. Harga? Hmmh…. Gue banget! Call me at 0812 198 99 737 or Ms. Vivi 0812 1040 3327.
IN-HOUSE TRAINING ”LEADERSHIP IN PRACTICE”. Program in-house training 2 hari untuk supervisor dan manager yang menitik beratkan pada pembahasan kasus AKTUAL kepemimpinan, CONTOH cara mengatasinya, serta PRAKTEK bagaimana melakukannya. Sangat cocok sekali untuk perusahaan yang ingin memberikan pelatihan kepemimpinan praktis bagi para leader mudanya. Agar mereka bisa menjalankan tugas kepemimpinannya sehari-hari dengan lebih baik daripada sebelumnya. Dipandu langsung oleh Dadang Kadarusman. Untuk reservasi, hubungi 0812 19899 737 atau 0812 1040 3327
IN-HOUSE TRAINING “ADAPTING TO CHANGE”: Diatas kertas, rencana perubahan itu selalu mudah untuk dibuat. Tapi dalam pelaksanaannya, tidak semua orang bisa diajak untuk berubah. Sikap dan respon karyawan terhadap perubahan itu justru menjadi titik kritisnya. Sehingga membuka kesadaran karyawan untuk menerima perubahan menjadi sangat penting sekali. Kalau perusahaan Anda sedang menerapkan proses perubahan, maka para karyawan Anda perlu mendapatkan training ADAPTING TO CHANGE ini. Untuk reservasi, hubungi 0812 19899 737 atau 0812 1040 3327 (COCOK UNTUK PERUSAHAAN YANG SEDANG MELAKUKAN PERUBAHAN)
IN-HOUSE TRAINING ”TURNING POTENTIAL POWER INTO PROFESSIONALISM”. Tak ada karyawan yang direkrut secara asal-asalan. Apalagi di perusahaan yang system system seleksinya ketat sekali. Artinya, para keryawan itu mempunyai potensi diri yang tinggi. Namun, mengapan kebanyakan hanya bisa menjadi karyawan yang biasa-biasanya saja meskipun sebenarnya mereka punya potensi diri yang sedemikian tinggi tadi? Mungkin karena mereka belum bisa mengkonversi potensi tinggi itu menjadi tingkat profesionalisme yang juga tinggi. Jika Anda ingin membantu karyawan di perusahaan Anda untuk melakukannya, boleh dimualai dengan mengadakan training berdurasi 1 hari ini untuk mereka. Dipandu langsung oleh Dadang Kadarusman. . Untuk reservasi, hubungi 0812 19899 737 atau 0812 1040 3327
Gambar:nealo.com