Artikel ini terinspirasi oleh diskusi di salah satu milist alumni ITB yang saya ikuti. Dengan kecanggihannya dalam bidang matematika, teman saya membuat model kalkulasi canggih. Dari hasil perhitungannya, bisa disimpulkan bahwa kita perlu mempersiapkan dana 200 kali pengeluaran bulanan. Jika pengeluaran Anda diasumsikan 10 juta, maka Anda harus punya persiapan minimal 2 milyar.
Glek. Tenggorokan saya langsung tercekat membayangkan angka itu. Anda, punya nggak bekal sebanyak itu? Bagaimana pula orang dengan pengeluaran 20 juta, 30 juta sebulan? Pertimbangkan pula kenaikan harga-harga yang hampir tidak bisa diperkirakan. Kita, hanya bisa berasumsi. Dan asusmi kita, tidak bisa diandalkan secara pasti.
Teman lain yang bekerja di asuransi, punya perhitungan sendiri. Dengan grafik canggih ditunjukkannya hasil pemodelan matematik cantik. Nilainya fantastik. Di usia 80 tahun misalnya, seseorang bisa memperoleh hasil investasi beberapa triliun. Tapi again, saya (beliau juga) tidak tahu; berapa persen dari nasabah yang benar-benar berhasil mewujudkan asumsi kalkulasi versi asuransi.
Teman saya lainnya, bekerja di perusahaan sekuritas. Perhitungan dana pensiunnya beda lagi. Tidak kalah canggih. Dan angka itu, bisa diraih hanya dengan modal awal 100 juta saja. Bisa emang? Bisa. Dengan ‘Syarat dan Ketentuan’ berlaku. Yeee, kalau begitu mah tidak jadi jaminan juga kan?
Jadi, berapa dong bekal pensiun yang mesti kita miliki?
Dulu, saya lumayan demen matematika. Segala sesuatu diukur dengan angka. Nggak laku kalau bicara secara kualitatif dengan saya. SMA IPA, kuliah sains, kerja sales, analis bisnis, dan strategic planning. Segala sesuatunya mesti diukur secara kuantitatif. Sekarang, saya sudah tua; maka otak kurang mesra lagi dengan angka. Untungnya, dalam banyak situasi; ternyata aspek kualitatif sering lebih relevan daripada kuantitatif.
Dalam soal pensiun ini misalnya. Otak kualitatif saya menemukan bahwa kita, tidak akan pernah bisa memperoleh rumusan baku untuk menghitung berapa dana pensiun yang bisa diterapkan kepada semua orang atau mayoritas. Karena, variablenya ‘nyaris’ tidak terhingga. Dan seperti kita ketahui bahwa dalam matematika; ‘tidak terhingga’ merupakan hasil pembagian dari suatu angka oleh NOL. Artinya, berapapun angka yang kita punya, itu akan cocok bagi sebanyak ‘NOL’ populasi. Alias, kagak kepake. Matematika yang konon ilmu pasti itu, menghasilkan rekomendasi kuantitatif yang sama sekali tidak pasti.
Jadi, berapa dong dana pensiun yang mesti kita miliki?
Sabar ya. Insya Allah kita akan lanjutkan pembahasan soal ini pada tulisan bagian kedua.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 20 Mei 2015
Author, Trainer, and Professional Public Speaker
DK: 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
Catatan kaki:
Sudah menjadi sifat kita untuk memikirkan masa depan. Makanya kita punya teori ini dan itu. Plan itu dan ini. Boleh. Sekalipun demikian, kita mesti tetap sadar bahwa masa depan; sepenuhnya merupakan rahasia Tuhan.
Kesibukan sering tidak memungkinkan saya untuk posting artikel di berbagai milist. Jadi saya prioritaskan di milist pribadi yang bisa diupdate melalui gadget. Jika Anda ingin mendapatkan kiriman artikel “BF (=Business & Finance)” secara rutin sebaiknya bergabung disini: http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).
Gambar:your-financial-freedom.ca