Di sosial media, ada orang menghardik orang lain yang shaf sholat berjamaahnya renggang. Ada juga yang membid’ahkannya. Yang dibid’ahkan, tentu tidak terima. Berdebatlah akhirnya. Lalu, bagaimana semestinya kaum muslimin bersikap?
Penting untuk selalu ingat bahwa rapatnya shaf dalam sholat berjamaah itu adalah sunnah Rasulullah yang mesti kita pegang teguh. Kita amalkan dan terapkan sekuat tenaga. Itu pertama.
Kedua, ada ruang bagi ulama yang memiliki kualifikasi keilmuwan untuk melakukan ijtihad dalam menyikapi situasi umat pada keadaan tertentu. Misalnya, menentukan kebolehan renggangnya shaf sholat berjamaah dalam kedaruratan pandemi itu.
Rasulullah, menghukumi benar ijtihad ulama. Maka menerima ijtihad ulama merupakan bagian dari sunnah pula. Adapun mengikuti atau meninggalkan hasil ijtihad itu, menjadi pilihan dan pertimbangan masing-masing. Mau tetap rapat? Silakan. Mau renggang? Ada dasar ijtihadnya.
Sebetulnya, lewat ruang ijtihad itu; Rasulullah mendidik kita agar menjadi ummatan wasathan. Umat yang pertengahan. Bukan umat yang ekstrim dan gampang menyalahkan orang lain. Anda benar, tapi tidak berarti orang lain salah. Dalam ibadah, demikian kaidahnya.
Berkah menjadi umatan wasathan itu jadi mutma’innah. Sholat di masjid yang rapat hayu alhamdulillah. Di masjid yang renggang juga lapang hati saja menjalaninya. Tak ada ganjalan dihati terhadap cara sholat saudara muslim lainnya. Bukankah itu esensi dari sebuah jama’ah?
Lalu bagaimana menerapkannya? Begini. Jika kondisi memungkinkan, sebisa mungkin sholat berjamaah itu shafnya rapat. Misalnya. Saya pergi ke masjid bersama anak lelaki saya. Bila mendapat barisan shaf berdampingan, maka saya rapat dengan anak saya. Kenapa? Karena pandemi tidak menimbulkan kedaruratan apapun antara saya dengan anak saya. Rapat. Demikian sunnahnya.
Saya menganjurkan cara ini kepada Anda dan keluarga lainnya. Pergilah ke masjid, lalu rapatkan shaf sholat dengan anggota keluarga Anda. Keluarga yang lain, baiknya begitu juga. Setiap keluarga rapat shafnya dengan anggota keluarga yang tinggal serumah. Jadi shaf di masjid itu renggangnya berdasarkan blok keluarga, bukan individu. Kecuali yang memang datang sendirian. Bila cara itu diterapkan, maka insya Allah kita akan dapat sunnah rapatnya. Dapat sunnah mengikuti ijtihadnya. Dan dapat pula sunnah ukhuwahnya.
Sudah ya. Akhiri perilaku yang merusak sendi-sendi ukhuwah itu. Islam itu indah kok. Dan jama’ah itu, kunci selamatnya umat akhir zaman. Janganlah lagi berpecah belah. Wallaahu a’lam bishowab.
Selamat Menjalankan Ibadah Ramadhan Sahabat.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman.
Change Matter Learning Partner
Jika Kantor Anda Membutuhkan Offline Atau Online Training. Hubungi Kami.
Artikel sebelumnya:
Untuk bergabung dengan WAG Inspirasi kami, silakan ketik: Nama Lengkap # Dekadarus&Friends. Kirim ke wa.me/62812-1989-9737.
Catatan kaki:
Kebanyakan klien pelatihan saya adalah pelanggan lama yang sebelumnya pernah mengundang saya. Atau pelanggan baru yang mendapatkan rekomendasi dari klien lainnya. Ada juga yang PIC-nya pindah ke perusahaan lain, lalu mereka ‘membawa’ saya ke kantor barunya…. ? Thank you all!
Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).
Disclaimer:
Saya tidak selalu mampu merespon balik komentar atau sanggahan atas tulisan ini. Karena berbagai keterbatasan yang ada pada saya. Terimakasih atas pengertiannya.
Gambar dari:gomuslim