“Telah Meninggal Dunia: Dadang Kadarusman“. Kelak Pun Akan Ada Berita Seperti Itu.
Kalimat itu adalah postingan saya di sosmed pada tanggal 14 juli lalu. Dan itu, menjadi postingan yang paling banyak dikomentari dibandingkan postingan lainnya. Postingan saya rata-rata garing. Jadi jarang yang ngelike atau komen. Tapi postingan yang satu itu, lumayan beda.
Ditengah sedemikian seringnya kita baca berita duka cita, bisa Anda bayangkan isi komennya? Saya bahagia, karena berasa banget bahwa saya punya true friends yang peduli pada hidup dan mati saya. Alhamdulillah. Walaupun ada sahabat yang marah sama saya; bikin mangkel gue, katanya.
Dua hari kemudian – pada tanggal 16 Juli – saya posting lagi. Isinya sebuah foto perempuan sepuh yang masih tampak cantik. Pada caption-nya saya tulis begini: “Ini Oma Saya”. Dah, begitu saja. Tahukah Anda bagaimana sahabat saya meresponnya?
Jempol, like dan pujian tentang betapa cantiknya Oma saya. Juga doa agar Oma sehat terus. Secara keseluruhan, semua dipenuhi aura gembira yang dirasakan. Bahagia. Itu saja suasananya.
Ketika memposting ke-2 hal itu, tidak terbersit dalam pikiran saya untuk bereksperimen. Sekedar posting saja. Dan seperti Anda sudah tahu, saya suka memposting hal-hal nggak penting. Remeh dan cemen.
Tapi dari ke-2 postingan itu saya mendapatkan pelajaran berharga. Tentang bagaimana kita mempengaruhi perasan orang lain. Ketika kita memposting hal-hal sedih, orang lain yang peduli kepada kita ikut sedih. Mereka sayang sama kita. Jadi mereka berduka ketika kita menebarkan kabar duka tentang kita.
Bahkan ketika… sebetulnya kita sedang berduka. Namun berita duka itu disampaikan dengan cara yang ‘berbeda’. Teman-teman karib kita, tidak ikut terluka hatinya. Contoh. Ketika memposting tentang Oma saya yang cantik itu, sesungguhnya saat itu saya sedang berduka karena ditinggal pergi beliau untuk selama-lamanya. Oma, yang setiap kali berjumpa denganya; saya selalu memeluknya. Saya, hanya memeluk orang tertentu saja.
Bisa saja bila saya mengumumkan kabar duka itu. Tapi Allah membimbing saya untuk menampilkan Oma dengan indahnya. Jadi, yang dikenang orang tentang beliau bukanlah tentang kepergiannya. Melainkan tentang kesan indah yang masih tersimpan dalam memori saya.
Saya bagikan kisah ini sekarang. Karena, semuanya sudah berlalu. Peristiwanya sudah tidak relevan lagi. Namun….sarat dengan pelajaran. Lantas, pelajaran berharga apa yang Anda dapatkan?
By the way, sekarang varian virusnya sudah semakin beragam ya. Mungkin butuh perlindungan berlapis untuk menghadapinya. Kalau Anda punya waktu luang, lakukan 2 hal ini. Pertama, tanyakan kepada dokter Anda; “Adakah cara yang lebih rasional untuk menghadapi pandemi ini selain meningkatkan imunitas tubuh?”. Kedua, Cari info di google dengan menggunakan key word “The role of probiotics in immune system”. Sekarang Anda paham, mengapa saya pribadi minum INNERIMMUNE setiap hari. Jika Anda mau; wa.me/+6281219899737.
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman.
Change Matter Learning Partner
Jika Kantor Anda Membutuhkan Offline Atau Online Training. Hubungi Kami.
Artikel sebelumnya:
Disclaimer:
Saya tidak selalu mampu merespon balik komentar atau sanggahan atas tulisan ini. Karena berbagai keterbatasan yang ada pada saya. Terimakasih atas pengertiannya.
Gambar dari: Kumparan