Hujan, sering datang secara tiba-tiba. Tahu-tahu, hujan saja. Begitu juga dengan cara berhentinya. Sederas apapun curahnya, hujan akan berhenti pada akhirnya. Tak perlu ditunggu. Karena kita tidak pernah tahu, kapan waktu surutnya.
Seperti halnya pandemi kemarin. Terjadi begitu saja. Berhentinya juga ya begitu saja. Kalau dipikir ulang, ajaib juga ya kita bisa bertahan ditengah wabah itu.
Bagaimana pun juga, kita adalah para penyintasnya; orang yang bertahan hidup. Entah karena berbagai ikhtiar yang kita lakukan, atau karena Tuhan takdirkan kita tidak menjadi korban. Walau mungkin sempat mencicipi rasa sakitnya, tapi taraa…. inilah kita. Masih ada.
Fakta bahwa kita termasuk orang yang selamat adalah bukti jika kesempatan itu masih kita dapatkan. Kesempatan apa? Bukan sekedar kesempatan untuk hidup. Tapi, kesempatan untuk menata kehidupan dengan cara yang lebih baik. Boleh jadi juga, kesempatan untuk menjalankan tugas mulia yang belum kita tunaikan.
Kalau direnungkan, betapa banyak hal yang kita sia-siakan. Atau tak kita hiraukan. Kala segalanya serba nyaman, abailah kita pada berbagai hal. Lewat musibah kemarin, kita kembali sadar; betapa berharganya dia.
Lantas, ditengah begitu banyaknya orang menjadi korban; kenapa kita diberi kesempatan untuk terus menggenggam kehidupan? Coba sejenak renungkan. Kenapa kita diijinkan bertahan.
Linabluwakum, ayyukum, ahsanu ‘amala… demikian Allah berfirman. Untuk melihatmu, siapakah diantara kamu yang paling baik amalannya.
Jadi, what next setelah berlalunya cobaan ini? Move-on. Melanjutkan perjalanan mengarungi samudera kehidupan. Tapi kali ini, kita melakukannya dengan cara yang lebih baik. Insya Allah, bismillah.
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman.
Change Matter Learning Partner
https://www.dadangkadarusman.com
Disclaimer:
Saya tidak selalu mampu merespon balik komentar atau sanggahan atas tulisan ini. Karena berbagai keterbatasan yang ada pada saya. Terimakasih atas pengertiannya.