Bagaimana brand-brand atau perusahaan yang dulu berjaya sekarang meredup? Ada 6 penyebabnya dan kita sudah membahas 5 diantaranya. Tulisan ini hasil belajar saya dari Prof RK selama menjadi Faculty Member di tempat beliau.
Yang ke-6, Confirmation. Ketika mengambil keputusan atau menyusun rencana strategis, kita cenderung menggunakan asumsi-asumsi yang sudah ada dalam pikiran, dan mencari dukungan atasnya.
Salah satu rujukan penting dalam konteks ini adalah riset yang dilakukan Peter Wason, seorang psikolog kognitif yang menemukan bahwa manusia cenderung mencari informasi yang mendukung keyakinan-keyakinan yang dimilikinya.
Kecenderungan ini termanifestasi antara lain ketika menunjuk konsultan manajemen. Alih-alih untuk mendapatkan insight yang sesungguhnya tentang kondisi pasar dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan di masa depan, penunjukkan itu justru dilakukan untuk mendapatkan dukungan bahwa asumsi-asumsinya selama ini sudah benar.
Dalam kondisi normal, pola seperti ini tidak terlampau bermasalah. Karena pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola brand atau perusahaan dimasa lalu merupakan bukti kehandalan kepemimpinan seseorang.
Tetapi ketika gelombang disrupsi menghampiri, pengalaman masa lalu ternyata tidak selalu relevan. Sayangnya, manajemen lamban menyadari hal itu sehingga ketika terjadi kemunduran kinerja perusahaan, gagal mengidentifikasi akar permasalahannya. Mereka masih saja menerapkan pendekatan konvensional yang walaupun dimasa lalu tepat, sesungguhnya sekarang tidak lagi.
Ketika kondisi perusahaan tidak kunjung membaik, manajemen ingin mengkonfirmasi bahwa tata kelolanya sudah benar. Maka untuk itulah penunjukan konsultan dilakukan. Dengan adanya hasil kajian konsultan itu menejemen semakin yakin bahwa mereka sudah melakukan tindakan yang benar. Mereka, terjebak kedalam jerat konfirmasi.
Apa resiko terbesar yang dihadapi oleh perusahaan yang terjebak dalam ‘jerat konfirmasi’? Saya akan menuliskan sebuah kalimat. Silakan Anda simak; “We didn’t do anything wrong. But somehow, we lost…” Tahukah Anda, siapa yang ‘menciptkan’ kalimat legendaris itu? Benar. CEO Nokia, tepat dihari ketika perusahaan yang pernah menjadi worldwide market leader di industri hand phone itu dinyatakan ‘out of the business’. Mereka masih meyakini bahwa tata kelolanya tepat, sekalipun organisasi bisnisnya karam. Begitulah jeratan confirmation menelan korban.
Lalu, apa yang mesti dilakukan agar terhindar dari hal serupa itu? Selalu tantang asumsi-asumsi Anda dengan cara-cara berpikir disruptif. Sebab, disrupsi tidak menyerang lewat pola kepemimpinan dan manajemen yang sudah proven dimasa lalu. Badai disrupsi justru menerjang lewat cara baru yang membuat pola-pola lama tidak lagi relevan.
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
Deka Dadang Kadarusman
Author, Trainer & Public Speaker.
Training, Business Simulation, & Corporate Strategic Workshop.
Linkedin: Dadang Kadarusman
Jika Anda ingin mendapatkan update article saya via WA silakan bergabung dengan Group WA “Dekadarus And Friends” di nomor : 0812-1989-9737. Sebutkan (1) Nama dan tulis (2) “Dekadarus And Friends Group”. Jumlah member terbatas.
Artikel sebelumnya: