Akhir-akhir ini, makin banyak kasus konflik dikantor yang muncul ke permukaan. Dalam sepekan ini saja saya melihat 2 atau 3 video anak buah berantem dengan atasannya. Karyawan yang cekcok dengan kolega juga banyak. Hampir bisa dipastikan kalau root-cause-nya adalah job-related stress.
Di Jepang, ada istilah “Karoshi” yang artinya “overwork death”, merujuk kepada memburuknya kesehatan mental akibat stress terkait pekerjaan. American Psychologial Assosiation menyatakan bahwa 65% pekerja di US mengalami stress dalam pekerjaan. Bagaimana dengan Indonesia? Dari beberapa hasil riset yang saya baca, datanya tidak jauh berbeda. Jadi kita, menghadapi persoalan yang sama.
Lantas, bagaimana cara mengatasi stress di tempat kerja? Kalau dikantor Anda ada fungsi HSE, sebaiknya bikinlah kegiatan berkala untuk membantu karyawan mengatasi stress at work. Biasanya, ini bagian dari fungsi HRD. Perusahaan mesti punya kegiatan yang beragam. Kombinasikan antara penggunaan sumber daya internal dan eksternal. Tidak usah terlalu khawatir bila ada konsekuensi biaya. Menurut US Dept of Labor, setiap $1 biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi stress berpotensi menghasilkan $4 dalam perbaikan produktivitas karyawan.
Bagaimana kalau tidak ada program dari kantor? Saya sarankan healing secara mandiri melalui 2 cara ini. Pertama, sering-seringlah merenungkan; Apakah pekerjaan ini bernilai bagi keluarga Anda? Misalnya, anak butuh biaya sekolah. Bayangkan kalau Anda nggak punya pekerjaan itu. Tidak bisa membayar iuran lalu pihak sekolah menagih, kan malu. Kalau tunggakannya terlalu banyak; sekolah melarang ujian. Anak Anda sedih, dan Anda lebih stress lagi. So, dengan pekerjaan itu, anak-anak Anda terhindar dari tekanan mental akibat tidak terbayarnya uang sekolah. Dengan pekerjaan itu, Anda bisa menghindarkannya. Sesuatu banget, kan?
Lalu, kebutuhan dapur keluarga. Dari mana uang untuk beli beras, gas, minyak goreng dan lauk pauk? Dari pekerjaan. Bayangkan tanpa pekerjaan itu, tidak bisa menyediakan makanan buat istri dan anak-anak Anda. Stressnya pasti luar biasa. Jadi dengan merenungkan hal-hal seperti itu, membuat Anda merasa beruntung memiliki pekerjaan itu. Stress at work Anda ternetralisir dengan sendirinya. Alhamdulillah. Itu pertama.
Kedua, Anda mesti selalu sadar bahwa lingkungan kerja itu memberikan penghiburan yang melampaui nilai uang. Misalnya, ketika keluar rumah untuk berangkat kerja; kan Anda mendapatkan suasana baru. Fresh banget rasanya. Kalau bawa kendaraan sendiri, sejak pergi pun sudah asik nyetir atau motoran. Kalau naik kendaraan umum, sudah ketemu banyak orang. Secara mental, kita lebih sehat.
Ketika tiba dikantor, mungkin atasan Anda pasang muka asem. Tapi kan ada kolega yang biasa Anda ajak ngobrol, atau bahkan saling curhat. Setidaknya, ada energi negatif yang dirilis. Pas tengah hari, pergi makan siang di amigos sambil ngobrol ngalor ngidul. Seru. Kadang dapat kenalan baru dari kantor lain. Atau nggak sengaja duduk satu meja dengan orang tak dikenal karena meja lain sudah penuh. Kadang, disitu para jomblowan dan jomblowati dapat jodoh juga.
Intinya, pekerjaan itu adalah anugerah. Kalau ada hal-hal yang nggak enaknya ya wajar saja. Tak usah terlampau diambil hati. Bagaimana pun juga, nilai dari pekerjaan itu jauh lebih banyak dari nggak enaknya. Khususnya kalau sering merenungkan, betapa pentingnya pekerjaan itu buat keluarga Anda. Alhamdulillah.
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
Deka Dadang Kadarusman
Linkedin: Dadang Kadarusman
Jika Anda ingin mendapatkan update article saya via WA silakan bergabung dengan Group WA “Dekadarus And Friends” di nomor : 0812-1989-9737. Sebutkan (1) Nama dan tulis (2) “Dekadarus And Friends Group”. Jumlah member terbatas.
Artikel sebelumnya:
#leadership, #leadershipdevelopment,