Kita semua sudah tahu bahwa proses delegasi merupakan bagian penting dalam kepemimpinan. Tanpa kehandalan dalam melakukan pedelegasian, maka tanggungjawab kepemimpinan kita tidak dapat dijalankan secara optimal. Kita semua juga tahu bahwa semakin tinggi jabatan seseorang, semakin besar tanggungjawab yang diembannya, semakin banyak anak buahnya, dan semakin bejibun pekerjaannya. Jika tidak melakukan pendelegasian, bagaimana dia menyelesaikan semua pekerjaan?
Memborong semua pekerjaan sendirian, tentu bisa saja dilakukan – seperti yang biasa dilakukan oleh kebanyakan atasan. Tapi, pasti dia tidak bisa menikmati jabatannya. Karena, walaupun kompensasinya maknyus, namun setiap saat dia selalu kelelahan dan kewalahan dengan banyaknya pekerjaan. Oleh karena itu, maka kita diajari untuk mendelegasikan sebagian dari pekerjaan kita kepada anak buah. Dengan demikian, maka sebagai atasan; kita tidak terlalu kerepotan. Bahkan kalau semakin banyak pekerjaan yang bisa di delegasikan, maka semakin ringan menjalankan tugas sebagai atasan.
Terdengar masuk akal? Ya. Sangat masuk akal. Dan mungkin, kita memang diajarinya demikian. Degelasi, menjadi solusi untuk mengurangi beban pekerjaan seorang pimpinan. Tapi. Sesungguhnya, pola pikir seperti itu jauh dari filosofi delegasi yang sebenarnya. Jauhnya, B-G-T. Bahkan boleh dibilang ngawur.
Bila cara pandang seperti itu yang mendasari pendelegasian, maka tidak mengherankan bila orang yang mendapatkan tugas yang didelegasikan itu; menggerutu di dalam hatinya. Kesal, karena atasannya cuma mau makan gaji gedenya dowang. Tapi tidak mau cape dengan pekerjaannya. “Yang digaji gede die. Yang mesti kerja cape, gue!”
Prinsip fundamental di dalam delegasi itu, bukanlah untuk mengurangi beban pekerjaan seorang atasan. Bukan, bukan itu. Kalau seorang atasan pengen pekerjaan berkurang, apakah dia juga pengen gaji dan tunjangannya berkurang? Kan enggak. Jadi bagaimana yang semestinya?
Delegasi itu, dilakukan dengan itikad untuk; mendidik dan mengembangkan anak buah. Saya tegaskan, kita mendelegasikan suatu tugas atau pekerjaan kepada seseorang, bukan karena kita kebanyakan kerjaan. Melainkan, karena kita ingin agar orang itu belajar dari kita tentang bagaimana menangani suatu pekerjaan penting. Dengan begitu, kelak bila tiba saatnya; dia akan mewarisi skill dan experience kita. Dan dengan skill & experience itu, dia mendapatkan peluang yang lebih besar untuk menjadikan karirnya berkembang.
Bahwa dengan proses itu pekerjaan sang atasan jadi berkurang, hal itu merupakan konsekuensi logis dari memiliki anak buah yang kapabel sebagai hasil dari didikan dan pengembangan yang dia lakukan. Everyone sama-sama diuntungkan; anak buah untung, atasan untung, perusahaan juga untung. Namun keuntungan terbesarnya tetap didapatkan oleh anak buah itu sendiri.
Menurut pendapat Anda, penjelasan saya ini masuk akal? Let’s get the delegation right, then.
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
Deka Dadang Kadarusman
Linkedin: Dadang Kadarusman
Jika Anda ingin mendapatkan update article saya via WA silakan bergabung dengan Group WA “Dekadarus And Friends” di nomor : 0812-1989-9737. Sebutkan (1) Nama dan tulis (2) “Dekadarus And Friends Group”. Jumlah member terbatas.
Artikel sebelumnya: