Trivia berikutnya dalam delegating tercermin dalam kalimat ini: “Orang tidak suka mendapatkan pendelegasian, sehingga tidak selalu mudah bagi atasan untuk mendelegasikan pekerjaannya kepada bawahannya.” Benarkah demikian?
Saya belum dapat melupakan orang-orang yang dulu suka mengetuk pintu ruang kerja saya. Lalu bilang; “Pak, saya mau pulang. Apakah ada yang bisa saya bantu terlebih dahulu?”
Dimana pun orang-orang itu bekerja saat ini, saya yakin mentalitas seperti itu masih akan tetap menghiasi kehidupan profesional mereka. Saya tidak pernah kecewa dengan orang-orang seperti itu. Bila tulisan ini sampai kehadapan mereka, tentu mereka tahu bahwa saya sedang menceritakan mereka. Tapi ini cerita yang sangat pantas untuk dikisahkan, contoh nyata bahwa tidaklah benar kalau seorang atasan mengira anak buahnya tidak suka pendelegasian. Yang benar adalah; ketika para talenta bagus itu menyadari manfaat pendelegasian bagi diri mereka sendiri, justru mereka sendirilah yang menantang dan menyediakan diri untuk mendapatkan pendelegasian itu.
Tentu saja mereka lelah, karena mengerjakan lebih banyak tugas daripada orang lain pada umumnya. Tapi ketika mereka bisa melihat bahwa lelah itu bukan semata-mata untuk kenyamanan atau kepentingan atasannya, maka didalam lelah itu bisa mereka lihat faedah bagi karirnya.
Ini bukan soal membikin ‘bapak senang’. Bukan, bukan soal itu. Ini adalah soal banyak hal lain selain itu. Misalnya, experience. Tepatnya, kesadaran mereka terhadap proses pembentukan experience melalui pekerjaan-pekerjaan yang melampaui job descriptionnya. Bekerja sesuai jobdesc, hanya akan menjadikannya ordinary employee. Justru bekerja beyond job-desc itulah jalan menuju pribadi yang extraordinary. Dan experience itu, didapatkannya melalui pendelegasian. Maka orang yang sadar tentang itu, mengetuk pintu ruang kerja atasannya, dan bertanya;”Pak, adakah pekerjaan bapak yang bisa saya bantu menanganinya?”
Kesempatan untuk mendemonstrasikan kemampuan unggulnya, ini hal lainnya lagi. Perhatikan pekerja-pekerja yang hanya mau mengerjakan pekerjaan di level dirinya saja. Apa bedanya dengan pekerja lain? Tidak ada. Sedangkan pekerja yang menyambut pendelegasian, sungguh berbeda secara luar biasa. Mereka menaiki panggung pagelaran keterampilan kerja yang melampaui rekan-rekan sejawatnya. Pada banyak situasi, perusahaan harus berusaha keras menjawab pertanyaan ini; “Seandainya tugas baru ini dipercayakan kepada si A atau si B, apakah dia orang yang tepat?” Kenapa bertanya begitu? Karena tidak ada proven evidence.
Tapi orang-orang yang terbiasa menerima pendelegasian, nggak perlu dipertanyakan lagi. Dalam aktivitas kerjanya sehari-hari, dia sudah memperlihatkan kapasitas dan kapabilitasnya untuk menangani penugasan yang lebih tinggi dari posisi standarnya.
So, benarkah orang tidak suka mendapatkan pendelegasian? Jawabanya, tidak benar. Namun untuk membangun mentalitas itu, butuh ketersambungan emosional dan profesional antara atasan dengan bawahannya.
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
Deka Dadang Kadarusman
Linkedin: Dadang Kadarusman
Jika Anda ingin mendapatkan update article saya via WA silakan bergabung dengan Group WA “Dekadarus And Friends” di nomor : 0812-1989-9737. Sebutkan (1) Nama dan tulis (2) “Dekadarus And Friends Group”. Jumlah member terbatas.
Artikel sebelumnya: