Pernahkah Anda memikirkan; mengapa perusahaan yang mendominasi pasar cenderung tetap menjadi market leader? Harus tahu soal itu, sebab masa depan perusahaan berada di pundak Anda.
Dan coba pikirkan pula, mengapa ada perusahaan yang ‘tiba-tiba’ melejit? Tidak diperhitungkan, ujug-ujug menjadi penguasa pasar?
Peserta di kelas yang saya fasilitasi pekan lalu, bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka bekerja untuk perusahaan yang pendapatan tahunannya diatas 1 triliun. Mereka hadir penuh percaya diri dan hepi. Maklum, target tercapai terus, dan selalu diguyur bonus.
Triliun itu besar atau kecil? Besar, kalau hanya melihat dirinya sendiri. Tapi di Industri itu, 1 atau 2T terbilang terlampau kecil. Di kelas itu; mereka diajak kembali membongkar potensi pasar, lalu mengeksplorasinya dengan cara pandang baru.
“Pak Dadang, ijin tidak sependapat,” diantara peserta ada yang berkata demikian. Lalu, beliau menjelaskan bahwa perusahaan itu tidak sedang berada dalam kondisi bermasalah. Bisnis tumbuh terus. Setiap tahun pendapatan selalu naik, segalanya berjalan dengan baik. Why mesti berpikir seperti itu? Kira-kira begitulah sanggahannya.
Ini adalah contoh kontras antara incremental versus exponential thinking. Pimpinan perusahaan, pada umumnya menerapkan prinsip incremental dalam tata kelolanya. Itu terlihat jelas dari cara mereka menetapkan target bisnisnya. Dari pencapaian tahun ini, tambahkan sekian persen untuk mendapatkan angka target tahun berikutnya. Misalnya, jika tahun ini revenue 1T, tentukan berapa persen mau tumbuh? Kalau 10%, berarti target tahun depan 1,1T. Kalau mau tumbuh 20%, targetnya ya harus 1,2T. Itu incremental.
Pimpinan yang menerapkan exponential thinking, beda. Dia melakukan perencanaan bisnis dengan pola zero-based. Artinya, tidak berpedoman pada pencapaian tahun lalu. Loh, mana bisa gitu? Bisa. Yang mereka lakukan adalah membedah pasar, menelisik dan membongkar seluk beluk konsumernya hingga dia menemukan bahwa; sebenarnya bisa dapat 3T, bukan 1,1 atau 1,2T. Maka walaupun tahun ini dia hanya dapat 1T, tapi tahun depan; dia punya aspirasi untuk merebut 3T atau minimal 2,5T. Bisa melihat perbedaannya? Harap diingat, bahwa itu; bukan dibuat tanpa perhitungan. Dibelakangnya, ada riset dan analisis, serta ‘strategizing’.
Dengan cara itulah perusahaan-perusahaan papan bawah atau papan tengah mampu melejit naik. Tapi karena mayoritas menggunakan pola incremental, maka hal ini sangat jarang terjadi dan ini pula sebabnya mengapa pasar tetap didominasi oleh pemain lama.
Tentu, pilihan incremental atau exponential merupakan hak para pemimpin perusahaan. Namun mereka yang sudah satisfy doing their best dengan ‘target tercapai terus dibawah guyuran bonus’; biasanya sulit untuk tampil menjadi market challenger yang layak diperhitungkan. Boleh begitu? Boleh, bila aspirasinya hanya sampai disitu. Tapi, bila hendak membawa perusahaan itu memasuki ‘Liga Premier‘, maka harus menerapkan exponential thinking dalam perencanaan strategisnya.
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
Deka Dadang Kadarusman
Linkedin: Dadang Kadarusman
Jika Anda ingin mendapatkan update article saya via WA silakan bergabung dengan Group WA “Dekadarus And Friends” di nomor : 0812-1989-9737. Sebutkan (1) Nama dan tulis (2) “Dekadarus And Friends Group”. Jumlah member terbatas.
Artikel sebelumnya:
#leadership, #leadershipdevelopment,