Awal pekan ini saya mendapatkan tugas untuk memfasilitas 2 kelas yang istimewa. Hari Senin, kelas untuk siswa sebuah sekolah internasional. Sedangkan hari Selasa dan Rabu, kelas untuk kaum difabel dengan beragam disabilitasnya masing-masing. Kedua kelas itu, sangat kontras derajat keistimiewaannya.
Kelas pertama istimewa, karena latar belakang mereka langka. Putera-puteri eksekutif puncak, ekspatriat, diplomat, pengusaha dan kalangan yang hidup serba berkelimpahan dalam hal apapun; hingga melampaui kebanyakan orang lainnya. Kalau ngobrol, mereka casciscus dengan bahasa Inggris bahkan diantaranya ada yang tidak mengerti bahasa Indonesia. Nama-nama mereka, sebagian besar belum pernah Anda dengar atau ucapkan. Saya berulang kali bertanya; bagaimana pengucapan namamu yang tepat?
Kelas kedua, istimewa karena mereka hidup dalam keserbaterbatasan sehingga sebagian besar dari mereka harus selalu disertai pendamping. Kalau melihat mereka, hati Anda pasti meleleh juga.
Boleh jadi, kehidupan orang-orang di kelas pertama merupakan impian semua orang. Ingin sekali hidup seperti mereka. Segala sesuatunya sudah dijamin. Mau apapun, tinggal bilang saja dan …taraa… langsung ada! Keadaan mereka bagaikan drama korea dalam dunia nyata.
Bagaimana dengan kehidupan orang-orang di kelas kedua? Apakah diinginkan oleh kebanyakan orang lainnya? Tentu saja tidak. Tapi bersama mereka, Anda tidak akan berhenti mensyukuri karunia yang Allah berikan. Betapa beruntungnya kita.
Memandang orang-orang yang serba berkelimpahan, kadang membuat seseorang merasa dirinya kerdil. Terlebih ketika dia berada pada situasi sulit. ‘Betapa tidak adilnya hidup ini!’, mungkin dia mengeluh demikian.
Namun saat bertemu dengan orang-orang seperti yang hadir di kelas saya yang kedua itu, kita seakan diperlihatkan pada fakta bahwa; hidup kita, jauuuuuh lebih baik dari orang-orang yang lainnya.
Saya berenung dalam kalbu; apa yang Allah kehendaki hingga Dia menunjukkan 2 dunia kontras itu di hadapan saya secara berturut-turut?
Orang boleh menduga-duga bahwa; tidak ada kekhawatiran apapun pada mereka yang serba berkelimpahan. Lantas, bagaimana dengan kaum difabel itu? Di kelas itu Allah menunjukkan sebagian sifat mahaadilnya. Kehadiran mereka di kelas ini, merupakan bagian dari reward atau penghargaan atas prestasi yang mereka raih. Mereka adalah para juara pertama kompetisi TIK tingkat Nasional dalam 12 kategori yang diselenggarakan oleh BAKTI Kominfo.
Betapa beruntungnya saya, dipertemukan dengan mereka yang tidak terhalang oleh keterbatasan dirinya hingga dalam situasi seperti itu; mereka bisa meraih pencapaian yang tinggi. Bagaimana dengan kita?
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
Deka Dadang Kadarusman
Linkedin: Dadang Kadarusman
Jika Anda ingin mendapatkan update article saya via WA silakan bergabung dengan Group WA “Dekadarus And Friends” di nomor : 0812-1989-9737. Sebutkan (1) Nama dan tulis (2) “Dekadarus And Friends Group”. Jumlah member terbatas.
Artikel Sebelumnya: